Bab
II
1.
Mitos Bisnis Amoral
Bisnis jangan dicampuradukkan dengan etika. Inilah
ungkapan-ungkapan menurut De George yang disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral.
Mitos ini mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau
etika tidak ada hubungannya sama sekali. Keduanya adalah dua bidang yang
terpisah satu sama lain. Bisnis hanya bisa dinilai dengan kategori dan
norma-norma bisnis, bukan dengan kategori dan norma etika.
Menurut mitos ini, tujuan dari bisnis adalah
mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya, tanpa mengindahkan etika dan moral.
Aturan yang dipakai dalam bisnis berbeda dengan aturan dalam kehidupan sosial.
2.
Keutamaannya etika bisnis
Etika sebagai filsafat moral tidak langsung memberi
perintah konkret sebagai pegangan siap pakai. Etika sebagai sebuah ilmu yang
terutama menitikberatkan refleksi kritis dan rasional.
Manfaat
etika bisnis antara lain :
·
Jika jujur dalam berbisnis, maka bisnisnya
akan maju
·
Timbulnya kepercaya
·
Kemajuan terjaga, jika perilaku etis
terjaga
·
Perolehan laba akan meningkat
·
Bisnis akan terjaga eksistensi dan
kesinambungannya
3.
Sasaran dan lingkup etika bisnis
Etika bisnis mencakup hubungan antara perusahaan
dengan orang yang menginvestasi uangnya dalam perusahaan, dengan konsumen,
pegawai, kreditur dan pesaing.
·
Orang yang menanam uang atau investor
menginginkan manajemen dapat mengelola perusahaan secara berhasil, sehingga
dapat menghasilkan keuntungan bagi mereka.
·
Konsumen menginginkan agar perusahaan
menghasilkan produk bermutu yang dapat dipercaya dan dengan harga yang layak.
·
Para karyawan menginginkan agar
perusahaan mampu membayar balas jasa yang layak bagi kehidupan mereka, memberi
kesempatan naik pangkat atau promosi jabatan.
·
Pihak kreditur mengharapkan agar semua
hutang perusahaan dapat dibayar tepat pada waktunya dan membuat laporan
keuangan yang dapat dipercaya dan dibuat secara teratur.
·
Pihak pesaing mengharapkan agar dalam
persaingan dilakukan secara baik, tidak merugikan dan menghancurkan pihak lain.
4.
Prinsip-prinsip etika bisnis
Orang-orang bisnis diharapkan bertindak secara etis
dalam berbagai aktivitasnya di masyarakat. Harus ada etik dalam menggunakan
sumber daya yang terbatas di masyarakat, apa akibat dari pemakaian sumber daya
tersebut dan apa akibat dari proses produksi yang dilakukan.
Etika bisnis menyangkut usaha membangun kepercayaan
antara masyarakat dengan perusahaan,dan ini merupakan elemen sangat penting
buat suksesnya suatu bisnis dalam jangka panjang. Jadi prinsipnya seorang
wirausaha lebih baik merugi daripada melakukan perbuatan tidak terpuji.
Menjaga etika adalah suatu hal yang sangat penting
untuk melindungi reputasi perusahaan. Masalah etika ini selalu dihadapi oleh
para manajer dalam keseharian kegiatan bisnis, namun harus dijaga terus
menerus, sebab reputasi sebuah perusahaan yang etis tidak dibentuk dalam waktu
pendek tapi akan terbentuk dalam jangka panjang. Dan ini merupakan aset tak
ternilai sebagai good will bagi sebuah perusahaan.
5.
Prinsip utama etika bisnis
- Otonomi : Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan.
- Kejujuran : Kejujuran dalam memenuhi syarat-syarat perjanjian, kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang sebanding, kejujuran dalam hubungan kerja intern.
- Keadilan : Memperlakukan setiap orang sesuai dengan haknya masing-masing, baik dalam relasi eksternal maupun internal perusahaan.
- Saling menguntungkan : Bisnis dijalankan sedemikian rupa agar semua pihak menikmati keuntungan.
- Integritas moral : Tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis.
- Etos kerja : Etos Kerja sebenarnya istilah populer untuk “selera bekerja” yang terdiri dari :
- Semangat (spirit)
-
Self esteem (harga diri)
-
Trust (keyakinan)
-
Beberapa prinsip etos kerja :
•
Kerja adalah Rahmat
•
Kerja adalah Amanah
•
Kerja adalah Panggilan
•
Kerja adalah Aktualisasi
•
Kerja adalah Ibadah
•
Kerja adalah Seni
•
Kerja adalah Kehormatan
•
Kerja adalah Pelayanan
6.
Realisasi Moral Bisnis
7.
Etika merupakan ilmu tentang
norma-norma, nilai-nilai dan ajaran moral, sedangkan moral adalah rumusan
sistematik terhadap anggapan-anggapan tentang apa yang bernilai serta
kewajiban-kewajiban manusia. Untuk menjadi masyarakat abad ke-21, ada dua
agenda yang harus kita lakukan. Pertama, mencari strategi penyebaran tindakan
etis agar etika bisnis menjadi konsensus nasional. Kedua, merekayasa budaya
etika bisnis Indonesia, yang mencakup kepentingan pengusaha, konsumen, pengguna
jasa, pekerja, dan lingkungan demi masa depan yang cerah. Bisnis tidak
bisa dinilai berdasarkan tolok ukur etika moralitas, karena
pertimbangan-pertimbangan moral dan etika tidak tepat untuk bisnis. Dengan
demikian, etika bisnis perlu berperan sebagai mitos baru bukan sekedar
rambu-rambu moralitas.
8.
Pendekatan-pendekatan Stockholder
Perusahaan
yang berbentuk perseroan terbatas dan terutama yang akan atau telah "go
public" haruslah menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari
bisnisnya kepada para investor atau calon investornya. Informasi yang tidak
jujur akan menjerumuskan untuk mengambil keputusan yang keliru.
Dalam hal ini
perlu mendapat perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia sedang
mengalami lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak permintaan dari para pengusaha
yang ingin menjadi emiten yang akan menjual sahamnya (mengemisi sahamnya)
kepada masyarakat. Di pihak lain masyarakat juga sangat berkeinginan untuk
menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-surat berharga yang
lain yang diemisi oleh perusahaan di pasar modal. Oleh karena itu masyarakat
calon pemodal yang ingin membeli saham haruslah diberikan informasi secara
lengkap dan benar mengenai prospek perusahaan yang go public tersebut.
Janganlah sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informsi atas
hal ini
BAB
III
ETIKA
UTILITARIANISME DALAM BISNIS
Kriteria
dan Prinsip Etika Utilitarianisme
Ada tiga kriteria
objektif dijadikan dasar objektif sekaligus norma untuk menilai kebijaksanaan
atau tindakan.
Manfaat
: bahwa kebijkaan atau tindakan tertentu dapat mandatangkan manfaat atau
kegunaan tertentu.
Manfaat
terbesar : sama halnya seperti yang di atas, mendatangkan
manfaat yang lebih besar dalam situasi yang lebih besar.
Tujuannya
meminimisasikan kerugian sekecil mungkin.
Pertanyaan mengenai menfaat : manfatnya
untuk siapa? Saya, dia, mereka atau kita.Kriteria yang sekaligus menjadi
pegangan objektif etika Utilitarianisme adalah manfaat terbesar bagi sebanyak
mungkin orang.
Dengan kata lain, kebijakan atau
tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut Utilitarianisme adalah
kebijakan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin
orang atau tindakan yang memberika kerugian bagi sekecil orang / kelompok
tertentu.
Atas dasar ketiga Kriteria tersebut,
etika Utilitarianisme memiliki tiga pegangan yaitu :
- Tindakan yang baik dan tepat secara moral
- Tindakan yang bermanfaat besar
- Manfaat yang paling besar untuk paling banyak orang.
Dari ketiga prinsip di atas dapat
dirumuskan sebagai berikut :
“ bertindaklah sedemikian rupa, sehingga
tindakan itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak orang
mungkin”
Nilai
Positif Etika Utilitarianisme
- Rasionlitasnya.
Prinsip
moral yang diajukan oleh etika ultilitarinisme tidak didasarakan pada aturan –
aturan kaku yang mungkin tidak kita pahami.
- Universalitas.
Mengutamakan
manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang yang melakukan
tindakan itu.Dasar pemikirannya adalah bahwa kepentingan orang sama bobotnya.
Artinya yang baik bagi saya, yang baik juga bagi orang lain.
Will
Kymlicka, menegaskan bahwa etika ultilitarinisme mempunyai 2 daya tarik yaitu :
a.etika ultilitarinisme
Sejalan dengan instuisi
moral semua manusia bahwa kesejahterahan manusi adalah yang paling pokok bagi
etika dan moralitas
b.etika ultilitarinisme
Sejalan dengan instuisi
kita bahwa semua kaidah moral dan tujuan tindakan manusia harus
dipertimbangkan, dinilai dn diuji berdsarkan akibatnya bagi kesejahterahan
manusia.
Utilitarianisme
Sebagai Proses dan standar Penilaian
Etika Ultilitarinisme
juga dipakai sebagai standar penilaian bagi tindakan atau kebijakan yang telah
dilakukan. Keriteria – keriteria di atas dipakai sebagai penilai untuk
mengetahui apakah tindakan atau kebijakan itu baik atau tidk untuk dijalankan.
Yang paling pokok
adalah tindakan atau kebijakan yng telah terjadi berdasarkan akibat dan
konsekuensinya yaitu sejauh mana ia menghasilkan hasil terbaik bagi banyak
orang. Sebagai penilaian atas tindakan atau kebijakasanaan yang sudah
terjadi, criteria etika ultilitarinisme dapat juga sekligus berfungsi sebagai
sasaran atau tujuan ketika kebijaksanaan atau program tertentu yng telah
dijalankan itu akan direvisi.
Analisa
keuntungan dan kerugian
etika ultilitarinisme sangat cocok
dipakai untuk membuat perencanaan dan evaluasi bagi tindakan atau kebijakan
yang berkaitan dengan orang banyak. Dipakai secara sadar atau tidaak sadar
dalam bidang ekonomi, social, politik yang menyangkut kepentinagan orang
banyak.
Kelemahan
Etika Utilitarianisme
a) Manfaat merupakan sebuah konsep yang begitu luas sehingga
dalam praktiknya malah menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit. Kaarena
manfaat manusia berbeda yang 1 dengan yang lainnya.
b) Persoalan klasik yang lebih filosofis adalag bahwa
etika ultilitarinisme tidak pernaah menganggap serius suatu tindakan pada
dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai dari suatu tindakan sejauh kaitan
dengan akibatnya. Padahal, sangat mungkin terjadi suatu tindaakan pada dasarnya
tidak baik, tetapi ternyata mendatangkan keuntungan atau manfaat.
c)
Etika
Ultilitarinisme tidk pernah menganggap serius kemauan atau motivasi baik
seseorang
d) Variable yang dinilai tidaak semuanya bisa
dikuantifikasi. Karena itu sulit mengukur dan membandingkan keuntungan dan
kerugian hanya berdasarkan variable yang ada.
e)
Kesulitan dalam menentukan prioritas mana yang paling
diutamakan.
f)
Bahwa etika ultilitarinisme membenarkan hak kelompok
minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingn mayoritas. Yang artinya etika
ultilitarinisme membenarkan penindasan dan ketidakadilan demi manfaat yang
lebih bagi sekelompok orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar